Anemia
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada
trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan
karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan
murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel
darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah
dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis,
pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang
semakin berat dengan adanya kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan
tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut
Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala
anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN.
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Besi
Adalah
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil
dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a.
Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat,
fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat
menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru
diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral
dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/
IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,
2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat
dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat
lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada
hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan
zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan
ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta
serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin
maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin
dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar
8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan
perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100
mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil
(Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah
anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang
disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat
dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila
terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung
pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh
infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah
darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi
hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
Anemia
dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus
selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan
dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital.
Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan
prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena
infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat
inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun
sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan
yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat
menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah
terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
SIMPULAN
Kejadian
anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka
kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang
ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan
turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah)
dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
Jumat, 11 November 2011
Rabu, 28 September 2011
Posisi yang baik untuk persalinan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di era globalisasi ini pendidikan semakin maju. Di
Indonesia sekolah kesehatannya pun sudah banyak. Sehingga lowongan pekerjaannya
pun semakin sempit. Meskipun tenaga
kesehatan di Indonesia semakin banyak namun masalah – masalah tentang kesehatan
masih banyak ditemui. Misalnya saja pada ibu inpartu. Ibu inpartu banyak yang
mengalami masalah. Misalnya saja dalam hal meneran. Di lihat dari pengertiannya
meneran sangatlah mudah. Namun pada kenyataannya masih banyak ibu inpartu yang
salah dalam hal meneran sehingga berakibat fatal pada bayinya dan kadang pula
terjadi persalinan lama. Sehingga dalam hal tersebut kadang kala tenaga
kesehatan (bidan) masih memberikan cara – cara tentang meneran. Selain itu ibu
inpartu mengambil posisi sesuai dengan keiinannya.
Karena hal itulah penyusun membuat masalah tentang
posisi meneran yang aman pada ibu inpartu. Sehingga nantinya nantinya akan
berdampak baik dan tidak ada hal – hal yang tidak diinginkan misalnya terjadi
distosia bahu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana posisi meneran yang aman pada
inpartu?
2.
Bagaimana posisi yang tidak dianjurkan
pada ibu inpartu?
3.
Bagaimana pendapat tokoh – tokoh tentang
posisi meneran?
1.3 TUJUAN
1.
Untuk mengetahui posisi meneran yang
aman pada ibu
2.
Untuk mengetahui posisi yang tidak
dianjurkan pada ibu inpartu
3.
Untuk mengetahui pendapat tokoh – tokoh
tentang posisi meneran.
1.4 MANFAAT
1.
Dapat mengetahui posisi meneran yang aman pada ibu
2.
Dapat
mengetahui posisi yang tidak dianjurkan pada ibu inpartu
3.
Dapat mengetahui pendapat tokoh – tokoh tentang
posisi meneran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
POSISI MENERAN YANG AMAN PADA INPARTU
Seorang bidan hendaknya membiarkan
ibu bersalin dan melahirkan memilih sendiri posisi persalinan yang
diinginkannya dan bukan berdasarkan keinginan bidannya sendiri. Dengan
kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu akan lebih merasa aman.
Berdasarkan penelitian
pilihan posisi berdasarkan keinginan ibu
- Memberikan banyak manfaat
- Sedikit rasa sait dan ketidaknyamanan
- Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek
- Laserasi perineum lebih sedikit
- Lebih membantu meneran
- Nilai apgar lebih baik
Posisi meneran
- Posisi terlentang (supine) dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin. Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
- Posisi berjongkok, berlutut merangkak akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa mengurangi rasa sakit punggung bagi ibu
- Posisi jongkok/setengah duduk akan membantu dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi bumi untuk menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun kedasar panggul. Posisi berjongkok akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan Carrus, yang akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga panggul dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis. Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin
- Posisi merangkak dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul
- Posisi berdiri dapat lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dan kandung kemih yang kosong akan memudahkan penurunan kepala. Selain itu memperbesar ukuran panggul, menambah 28 % ruang outletnya.
- Posisi miring ke kiri oksigenasi janin maksimal karena dengan miring ke kiri sirkulasi darah ibu ke janin lebih lancer dan memberikan rasa santai bagi ibu yang letih serta mencegah terjadinya laserasi
2.2
POSISI YANG TIDAK DIANJURKAN PADA IBU MELAHIRKAN
Alasan posisi
terlentang atau litotomi tidak dianjurkan
1.
Pada posisi terlentang pembuluh aorta
dan vena cava inferior akan tertekan oleh beban berat janin, uterus, air ketuban dan plasenta. Penekan pembuluh darah besar
ini akan mengganggu aliran darah ke janin sehingga janin akan kekurangan suplai
oksigen yang berakibat terjadinya asfiksia intra uterus.
2.
Selain itu pasien juga akan merasakan nyeri karena
tekanan ini yang dapat menambah lama Kala II. Laserasi perineum pada posisi ini
lebih banyak dijumpai dibandingkan posisi lain karena pada posisi ini daya
regang panggul tidak dapat maksimal.
3.
Posisi litotomi untuk meneran juga tidak
dianjurkan karena akan menyebabkan nyeri
pada punggung dan kerusakan saraf kaki
yang dirasakan setelah proses persalinan selesai.
4.
Pada posisi ini pasien akan lebih sulit
untuk melakukan pernafasan.
5.
Posisi litotomi dan terlentang akan
membuat peoses buang air lebih sulit.
6.
Pasien merasa terbatas dalam melakukan
pergerakan.
7.
Pasien merasa tidak berdaya ketika dalam
posisi terlentang apalagi litotomi ,
karena posisinya benar – benar seperti menjadi “objek tindakan “.
8.
Proses meneran menjadi lebih sulit
karena tekanan pada saraf panggul minimal.
9.
Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada abdomen.
2.3
PENDAPAT TOKOH – TOKOH TENTANG POSISI MENERAN
a. posisi meneran
1) Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi ini nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi.
1) Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi ini nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi.
2)
Jongkok atau berdiri
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.
3) Merangkak atau berbaring miring
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini lebih nyaman dan efektif bagi ibu untuk meneran. Kedua posisi tersebut mungkin baik jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput anterior. Merangkak merupakan posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu karena jika ibu kelelahan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perineum.
Sedangkan menurut Manuaba (2001), posisi ibu saat meneran adalah sebagai berikut :
1) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya, setiap posisi memilki keuntungannya masing-masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunnya janin jika persalinan berjalan lambat.
2) Ibu dibimbing meneran selama his, anjurkan ibu untuk mengambil nafas, meneran tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilikalis yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah, minta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan keluar. Hal ini juga menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
b. Cara meneran
1) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi.
2) Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
3) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
6) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.
Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada fundus.
Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul.
2) Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
3) His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal.
4) Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan denagn demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.
5) Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali utnuk dipergunakan mengejan.
Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu :
1) Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya.
2) Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berda diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.
Sedangkan pada teori yang lain Sarwono (2002), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mengejan, yaitu :
1) Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan lengkap.
2) Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi miring.
3) Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.
Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam menghadapi proses persalinan. Pengetahuan ibu tentang meneran memegang peranan yang sangat penting agar ibu yang mengalami persalinan dapat meneran dengan benar atau dengan kata lain apabila seseorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik diharapkan dapat meneran dengan baik sehingga mempercepat proses persalinan.
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.
3) Merangkak atau berbaring miring
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini lebih nyaman dan efektif bagi ibu untuk meneran. Kedua posisi tersebut mungkin baik jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput anterior. Merangkak merupakan posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu karena jika ibu kelelahan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perineum.
Sedangkan menurut Manuaba (2001), posisi ibu saat meneran adalah sebagai berikut :
1) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya, setiap posisi memilki keuntungannya masing-masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunnya janin jika persalinan berjalan lambat.
2) Ibu dibimbing meneran selama his, anjurkan ibu untuk mengambil nafas, meneran tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilikalis yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah, minta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan keluar. Hal ini juga menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
b. Cara meneran
1) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi.
2) Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
3) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
6) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.
Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada fundus.
Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul.
2) Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
3) His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal.
4) Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan denagn demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.
5) Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali utnuk dipergunakan mengejan.
Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu :
1) Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya.
2) Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berda diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.
Sedangkan pada teori yang lain Sarwono (2002), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mengejan, yaitu :
1) Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan lengkap.
2) Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi miring.
3) Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.
Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam menghadapi proses persalinan. Pengetahuan ibu tentang meneran memegang peranan yang sangat penting agar ibu yang mengalami persalinan dapat meneran dengan benar atau dengan kata lain apabila seseorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik diharapkan dapat meneran dengan baik sehingga mempercepat proses persalinan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Dari
kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa posisi meneran sangatlah penting
bagi ibu inpartu agar nantinya tidak terjadi komplikasi. Dimana posisi meneran
ada beberapa yaitu:
·
Posisi terlentang
·
Posisi berjongkok, berlutut merangkak
·
Posisi jongkok/setengah duduk
·
Posisi merangkak
·
Posisi berdiri
·
Posisi miring ke kiri
3.2 SARAN
1. Bagi masyarakat
-
Supaya lebih mengetahui posisi yang aman
dalam persalinan
-
Agar melakukan posisi yang aman pada
persalinan
2. Bagi
instusi
-
Memberikan pendidikan tentang posisi
yang aman pada inpartu
-
Lebih memperhatikan masyarakta dalam hal
persalinan
3. Bagi
mahasiswa
-
Untuk lebih memperdalam ilmunya tentang
persalinan
-
Untuk lebih focus lagi dalam hal
menolong persalian
DAFTAR PUSTAKA
JNPK – KR.2008. asuhan persalinan normal dan inisiasi
menyusui dini. Jakarta: PJMK – KR.
Sulistiawati, ari.
2010. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta:Salemba Medika.
www. Goggle.com.(posisi
meneran pada inpartu) diakses tanggal 19 oktober 2010
Contoh Askeb
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR
BELAKANG
Masa nifas yang
berlangsung enam minggu setelah persalinan merupakan masa kritis dalam
kehidupan ibu maupun bayi. Sekitar 60% kematian ibu terjadi segera setelah
lahir, dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama
setelah persalinan sehingga asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode
ini (Sarwono Prawirahardjo Hanifa: 2002).
Asuhan
masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus
merupakan masa kritisdari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi
dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam waktu 7
hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa
nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.
Pemantauan
ketat perawatan ibu dan bayi serta konseling oleh bidan akan sangat membantu
dalam mencegah kematian tersebut. Sehubungan dengan hal itu dalam meningkatkan
mutu pertolongan persalinan dan nifas perlu disusun pedoman pengaman persalinan
dan nifas bagi petugas.pemantauan selama masa nifas dapat dilakukan minimal 4
kali pada masa nifas yaitu 6 – 8 jam , 6 hari , 2 minggu dan 6 bulan dari
melahirkan
alam
masa nifas kita juga perlu memberikaperhatian kaarena pada masa nias banyak
terdapt perubahan seperti :
- Perubahan fisik
- Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
- Perubahan system tubuh lainnya.
1. 2 TUJUAN
1.2.1
Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu Nifasdiharapkan
, semua mahasiswa mampu memahami asuhan kebidanan pada ibunifas
1.2.2
Tujuan Khusus
Setelah
melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil t diharapkan mahasiswa dapat :
1) Mahasiswa mampu memahami dan melakukan
pengkajian dan analisis data.
2)
Mahasiswa mampu menginterpretasikan data.
3) Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan
masalah potensial.
4) Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan
tindakan segera.
5)
Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan sesuai dengan
rencana dan masalah.
6) Mahasiswa mampu melaksanakan rencana
asuhan secara efisien.
7) Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan
1.3
MANFAAT
1.3.1
Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar temntang nifas
1.3.2
Bagi institusi
Institusi dapat mengetahui sejauh mana
mahasiswa Stikes Dian Husada Prodi DIII kebidanan membuat asuhan kebidanan pada ibu nifas
1.3.3
Bagi Lahan Praktek
BPS Ny
Guritna dapat meningkatkan asuhan yang kompprehensif pada ibunifas
1.3.4
Metode Penulisan
Di dalam penulisan makalah ini yang digunakan adalah deskripsi dengan
menggunakan studi kasus melalui pendekatan management menurut Varney meliputi :
pengumpulan data, Identifikasi masalah / Diagnosa , Identifikasi masalah
potensial , Identifikasi kebutuhan segera, Intervensi , Implementasi dan
evaluasi
1.4
Teknik pengumpulan Data
1.4.1
Wawancara.
Yaitu dengan bertanya langsung
pada klien tentang hal – hal yang berhubungan dengan latar belakang kondisi
kesehatan klien.
1.4.2
Observasi langsung.
Yaitu melalui pengamatan langsung
maupun pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi , auskultasi dan perkusi.
1.4.3
Studi dokumen.
Dengan melihat rekam medis.
1.4.4
Studi Literatur.
Yaitu melalui buku referensi /
literatur.
1.5
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi
latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat, metode penulisan, teknik
pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN
TEORI
Pada
tinjauan teori ini yang dibahas adalah definisi masa nifas, involusi alat-alat
kandungan, perawatan masa puerperium, dan kunjungan masa nifas.
BAB III TINJAUAN
KASUS
Meliputi
7 langkah manajemen Varney yaitu pengkajian data subyektif dan obyektif,
identifikasi diagnosa dan masalah, identifikasi masalah potensial, identifikasi
kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas
tentang kesenjangan antara teori dan kenyataan praktek di lapangan pada
tinjauan kasus Ny. “I” P10001 post partum hari ke-7 dengan masa nifas normal,
BAB V PENUTUP
Meliputi
kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Konsep Dasar Masa Nifas
2.1.1
Definisi
Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa
nifas yaitu 6-8 minggu (Rustam Mochtar, 2008: 115).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sarwono, 2006: 237).
Masa puerperium adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan yang lamanya 6 miggu
(FKAUI Unpad, 2005: 315).
2.1.2 Nifas bidagi dalam 3 periode :
1.
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih kembali dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi.
2.1.3 Penentuan
waktu pelaksanaan asuhan pada masa nifas
ü 6-8
jam setelah persalinan
Tujuan :
-
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
-
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
jika perdarahan berlanjut
-
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
-
Pemberian ASI awal
-
Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
-
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
-
Jika nakes menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan BBL untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bay alam
keadaan normal
ü Kunjungan
2-6 hari
Tujuan :
-
Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau
-
Menilai adnya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
-
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat
-
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
-
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
ü Kunjungan
4-6 minggu setelah persalinan
Tujuan :
- Menanyakan
kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
- Memberikan
konseling untuk KB secara dini
2.1.4 Involusi
alat-alat kandungan
1.
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil
Involuasi
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Besar Uterus
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
Uri lahir
|
2 jari bawah
pusat
|
750 gram
|
1 minggu
|
Pertengahan
pusat simpisis
|
500 gram
|
2 minggu
|
Tidak teraba
di atas simpisis
|
350 gram
|
6 minggu
|
Bertambah
kecil
|
50 gram
|
8 minggu
|
Sebesar normal
|
30 gram
|
2.
Bekas implantasi uri L: plasental bed mengecil karena
kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi
3,5 cm. pada minggu ke 6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3.
Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi
akan sembuh dalam 6-7 hari.
4.
Rasa sakit yang disebut after pains disebabkan
kontraksi rahim. Biasanya berlangsung 2-4 hari paska persalinan.
5.
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
a.
Lochea Rubra : Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vernika kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari
paska persalinan
b.
Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
hari ke 3-7 hari.
c.
Lochea Serosa : Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke 7-14 paska persalinan
d.
Lochea Alba : Cairan putih setelah 2 minggu
e.
Lochea Purulenta : Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
f.
Locheastatis : Lochea tidak lancar keluarnya.
6.
Servik
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat perlukaan kecil.
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
7.
Ligamen-ligamen
Ligamen pelvis serta vasia yang meregang sewaktu hamil dan partus setelah
janin lahir berangsur-angsur kembali pada keadaan semula.
2.1.5
Perawatan Masa Puerperium
1.
Early Mobilisation
Mobilisasi dini mempunyai keuntungan melancarkan
pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat
kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan,
meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.
2.
Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan
bersama-sama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya segera dapat diberikan
ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
3.
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan khusus (fisi, fundus uteri, payudara,
lochea, luka jahitan episotomi).
4.
Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori.
Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran,
dan buah-buahan.
5.
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama pada daerah dada
sehingga payudara tidak tertekan. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap
sehingga lochea tidak memberikan iritasi pada daerah sekitar.
6.
Miksi dan BAB
Miksi dan BAB diatur sehingga kelancaran kedua sistem
dapat berlangsung dengan baik. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri
secepatnya. Kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi M. sfingter ani selama
persalinan. BAB harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Bila masih sulit
BAB dan terjadi obstipasi apabila BAB keras dapat diberikan obat laksans
peroral atau per parenteral.
7.
Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil
supaya puting susu kenyal, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya.
8.
Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi,
menyusukan bayi sangat baik untuk menimbulkan rasa kasih sayang antara ibu dan
anaknya.
9.
Follow-up
Enam minggu setelah persalinan ibu hendaknya memeriksakan dirinya kembali
ke bidan.
10. Keluarga
Berencana
Masa nifas merupakan saat yang paling baik untuk
menawarkan kontrasepsi agar tidak hamil yang tidak direncakanan
2.2
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Varney
2.2.1
Langkah I (Pengkajian)
Pengkajian : Untuk mengetahui siapa
yang melakukan pengkajian, kapan waktunya, dilakukan dimana dan mulai masuk ke
sarana kesehatan kapan
Data Subyektif
1.
Biodata
Nama Ibu/ suami : Untuk
mengetahui identifikasi dan digunakan sebagai sapaan untuk komunikasi
Umur ibu/suami : Untuk
mengetahui apakah umur ibu menjadi faktor predisposisi pada masa nifas.
Agama : Untuk
mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang dianutnya dan mengenali
hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.
Suku / bangsa : Untuk
mengetahui asal suku daerah ibu, mengetahui adat budayanya, memudahkan dalam
berkomunikasi dengan bahasa daerah dalam menyampaikan KIE.
Pendidikan : Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan ibu sebagai dasar dalam memberikan KIE
Pekerjaan : Untuk
mengetahui aktivitas ibu di tempat kerja berkaitan dengan kemungkinan kenaikan
tekanan darah
Alamat : Untuk
mengetahui lokasi tempat tinggal ibu.
2.
Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat
pengkajian berkaitan dengan masa nifas.
3.
Alasan datang ke BPS
Untuk mengetahui alasan pertama kali datang ke sarana
kesehatan.
4.
Riwayat Kesehatan yang Lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit
jantung, sakit kuning, TBC, mempunyai penyakit kronis seperti asma, hipertensi,
gagal ginjal maupun penyakit menurun seperti kencing manis.
5.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit
kronis dan menurun.
6.
Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah saudara pihak ibu ada yang pernah mengalami atau
sedang menderita penyakit seperti penyakit jantung, sakit kuning, TBC, dan
penyakit kronis seperti asma, gagal ginjal maupun penyakit keturunan seperti
kencing manis.
7.
Riwayat Haid
Untuk mengetahui siklus haid taratur / tidak,
banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai nyeri/tidak, keputihan,
berbau, gatal/ tidak, lamanya, haid terakhir kapan, untuk mengetahui fungsi
alat reproduksi.
8.
Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui ibu menikah umur berapa, berapa kali
menikah dan lamanya perkawinan.
9.
Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui ibu menggunakan kontraspsi jenis apa,
lamanya pemakaian kontrasepsi keluhan selama pemakaian serta untuk mengetahui kontra indikasi sehingga
komplikasi tidak terjadi.
10. Riwayat
kehamilan, persalinann dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil/
bersalin dan adakah resiko atau penyulit dalam kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu. Bila ada dapat diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan
sehingga komplikasi tidak terjadi.
11. Riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas sekarang.
Untuk mengetahui apakah ibu pernah hamil/bersalin dan
adakah resiko atau penyulit dalam kehamilan, persalinan dan nifas sekarang.
Bila ada dapat diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan sehingga
komplikasi tidak terjdi.
12. Pola
Kebiasan
Untuk mengetahui perbedaan pola kebiasaan ibu sebelum
masuk sarana kesehatan dan saat berada di sarana kesehatan.
13. Riwayat
psikososial spiritual
Psikososial : Untuk mengetahui keadaan
kejiwaan ibu yang mempengaruhi terhadap proses pengambilan mioma pada ibu
Spiritual : Untuk mengetahui
kepercayaan ibu terhadap agama yang dianutnya dan mengenali hal-hal yang
berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan umum : Untuk
mengetahui kesadaran ibu secara keseluruhan
Kesadaran : Untuk mengetahui
tingkat kesadaran ibu, composmentis, samnolen, sopor, dan koma.
Suhu : Untuk mengetahui temperatur suhu ibu
Nadi : Untuk mengetahui frekuensi detak jantung ibu/
menit
Pernafasan : Untuk mengetahui
frekuensi pernafasan ibu/ menit, iramanya regular / tidak
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi
Wajah : Untuk mengetahui
ekspresi wajah ibu, anemi/tidak, odem/tidak
Mata : Untuk
mengetahui apakah konjungtiva ibu pucat/tidak, sklera putih / kuning.
Mulut : Untuk mengetahui
tingkat kelembaban sehubungan dengan dehidrasi, adanya stomatitis.
Leher : Untuk mengetahui
adanya hiperpigmentasi berkaitan dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron, pembesaran vena jugularis.
Dada : Untuk
mengetahui apakah adanya benjolan abnormal.
Perut : Untuk
mengetahui adanya kelainan pda perut, apakah adanya luka bekas operasi.
Vulva : Untuk mengetahui
derajat kebersihan, keluaran pervaginam,
varises, odem kondiloma akuminata.
Ekstremitas : Untuk mengetahui kualitas
pergerakan spontan, varises, odem.
b.
Palpasi
Perut : Untuk
mengetahui apakah adanya TFU sesuai dengan yang seharusnya.
c.
Auskultasi
Thoraks : Untuk mengetahui
adanya ketidaknormalan dalam pernafasan.
d.
Perkusi
Reflek patella : Untuk
mengetahui adanya reflek pada lutut
2.2.2
Identifikasi Diagnosa / Masalah
Dx : P10001 post partum hari ke-6 dengan
nifas fisiologis.
Ds : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisi
kesehatannya setelah melahirkan.
Do : TTV : Untuk mengetahui kondisi ibu
Inspeksi : Untuk melihat
apakah adanya kelainan pda anggota tubuh
Palpasi : Untuk
mengetahui apakah adanya kelainan pada perabaan.
2.2.3
Identifikasi Masalah Potensial
-
2.2.4
Identifikasi Kebutuhan Segera
-
2.2.5
Intervensi
Dx : P10001 post
partum hari ke-2 dengan nifas fisiologis
Intervensi Diagnosa
1)
Lakukan pendekatan terapeutik dengan ibu
R/ membangun
hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan pasien.
2)
Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu
R/ menambah
pengetahuan ibu tentang kondisi kesehatan
3)
Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi
R/ mengetahui
keadaan umum ibu dan mengetahui adanya komplikasi
4)
Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini mengurangi
rasa sakit
R/ agar
peritaltik usus bekerja dan tidak terjadi tromboflebitis pada tungkai ibu dan
untuk memulihkan aktivitas ibu
2.2.6
Implementasi
Penanganan disesuaikan dengan intervensi
2.2.7
Evaluasi
Berhubungan dengan kriteria hasil yang diharapka
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
I.
PENGKAJIAN
Tanggal : 26 Juni 2011 Jam :07.30
WIB
Tempat : BPS Ny. G
Oleh : Anis Sufiati
A.
Data Subyektif
1.
Biodata
Nama
ibu : Ny “I” Nama Ayah :
Tn “A”
Umur : 25 tahun Umur :
26 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa :
Jawa/Indonesia
Agama : Islam agama :
Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tembelang Alamat : Tembelang
2.
Keluhan utama
Ibu mengatakan nyeri pada perlukaan jalan lahir
3.
Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit
menular seperti penyakit kuning, HIV, TBC, penyakit menahun seperti jantung,
sesak dan penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi, kencing manis.
4.
Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menular seperti penyakit kuning, HIV, TBC, penyakit menahun seperti jantung,
sesak dan penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi, kencing manis.
5.
Riwayat
kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari pihak ibu maupun suami tidak
pernah menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, HIV, TBC, penyakit
menahun seperti jantung, sesak dan penyakit menurun seperti tekanan darah
tinggi, kencing manis Dan tidak ada riwayat keturunan kembar baik dari pihak
ibu maupun suami.
6.
Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Warna : Hari 1-3 = merah segar
Hari 4-6 = merah kecoklatan
Banyaknya : Hari 1-3 = 3 kotek / hari
Hari 4-6 = 2 kotek / hari
Bau : Anyir
Disminorea : Tidak pernah
Flour albus : Sedikit menjelang haid
HPHT : 15 – 09 - 2010
TP : 22 – 06 - 2011
7.
Riwayat perkawinan
Kawin
umur : 23 tahun
Perkawinan
ke : 1
Lamanya
perkawinan : 2 tahun
8.
Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi
9.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
-
10. Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
Riwayat kehamilan
-
Trimester I : Ibu mengatakan periksa kehamilannya di
poli pabrik tempat ia bekerja tiap bulan. Ibu mengatakan pada awal kehamilan
sering mual-mual
-
Trimester II :
Ibu mengatakan periksa kehamilannya di poli pabrik tempat ia bekerja tiap
bulan. Ibu mengatakan tidak ada keluhan
-
Trimester III :
Ibu mengatakan periksa kehamilannya ke bidan tiap bulan. Ibu mengatakan
mendapatkan kalk, vitamin B6, Alinamin F
Riwayat persalinan
Ibu mengatakan melahirkan bayinya tanggal 19 Juni 2011 pukul 10.00 WIB
secara spontan, bayi hidup, jenis kelamin perempuan, bayi langsung menangis
keras.
BBL : 2900 gram PB : 46
cm
Riwayat nifas
Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertama pada 7 hari yang lalu
(tanggal 19 juni 2011), terdapat luka bekas jahitan pada jalan lahir. Ibu sudah
menyusui bayinya dengan ASI eksklusif.
11. Pola
kebiasaan sehari-hari
a.
Pola Nutrisi
Selama hamil : Makan
3x/hari, porsi sedang nasi, sayur, buah
Minum
± 8 gelas/hari (air putih, air teh, kadang susu)
Selama nifas : Makan
2x/hari, porsi sedang nasi, sayur, buah.
Minum
± 7 gelas air putih, kadang air teh atau jamu jawa 1 botol 500cc/hari
b.
Eliminasi
Selama hamil : -
BAK ± 5-6x/hari, warna kuning jernih, bau khas, dan tidak nyeri
-
BAB 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan tidak nyeri.
Selama nifas : -
BAK ± 4x/hari, warna kuning jernih, bau khas dan tidak nyeri
-
BAB 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan nyeri.
c.
Aktivitas
Selama hamil : Ibu
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, memasak setiap
hari
Selama nifas : Ibu
mengatakan lebih banyak berbaring dan duduk santai, tidur tidak boleh
terlentang, tidur siang harus di atas jam 12.00 Wib
d.
Istirahat
Selama hamil : Siang : ± 1 jam (14.00-15.00 Wib)
Malam : ± 8 jam (21.00-05.00 Wib)
Selama nifas : Siang : ± 2 jam (14.00-16.00 Wib)
Malam : ± 7,5 jam (21.00-04.30 Wib)
e.
Personal Hygiene
Selama hamil : Mandi
3x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari, cuci rambut 2x/minggu
Selama nifas : Mandi
2x/hari, gosok gigi 1x/hari, ganti pakaian 2x/hari, cuci rambut 2x/minggu
12. Riwayat
psikososial dan spiritual
Ibu mengatakan senang atas kelahiran anaknya yang pertama, suami dan
keluarga sangat senang atas kelahiran anak dan cucu pertama. Hubungan antara
ibu, suami dan keluarga baik. Ibu merasa tertekan dengan tradisi keluarga dari
suami. Ibu berharap nyeri luka jahitan berkurang dan cepat sembuh
13. Data
social Budaya
-
Ibu mengatakan di dalam anggota keluarga dari pihak
suami masih menganut tradisi tidur siang diatas jam 12 dan tidak boleh posisi
terlentang.
-
Ibu mengatakan untuk ibu nifas harus pantang terhadap
makanan yang mengandung air seperti buah, sayur, kuah, karena akan membuat
jahitan lama sembuh dan basah
-
Ibu mengatakan dari pihak suami melakukan tradisi
selamatan untuk kelahiran bayinya dan bayinya dirawat oleh dukun.
14. Data
spiritual
. Ibu dan suami menjalankan sholat 5 waktu jika tidak ada halangan dan
ibu tidak minum jamu-jamuan selama masa nifas.
B. Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : - TD :
110/80 mmHg
-
N : 84 x/mnt
-
RR : 20 x/mnt
-
S : 36,70C
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi
Kepala : Simetris, rambut
hitam, penyebaran rambut merata, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe
Wajah : Simetris,
bersih, tidak oedem, tidak pucat, terdapat cloasma gravidarum
Mata : Simetris,
tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sclera putih, palpebra tidak oedem
Telinga : Simetris, ada
serumen
Hidung : Bersih, tidak ada
secret
Mulut : Bersih, bibir
lembab warna merah muda, tidak ada stomatitis
Leher : Tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Payudara : Simetris, tidak ada
benjolan abnormal, puting susu menonjol, hiperpigmentasi areola mammae ka/ki, colustrum
sudah keluar
Abdomen : Terdapat striae lividae,
terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas
operasi.
Genetalia : Tidak ada varises,
tidak odem, ada luka bekas jahitan perineum membujur, lochea sangoelenta.
Anus : Bersih, tidak
ada hemoroid
Ekstremitas : Atas : Simetris, tidak oedem
ka/ki, persendian bergerak bebas
Bawah
: Simetris, tidak oedem ka/ki, persendian bergerak bebas
b.
Palpasi
Kepala : tidak teraba benjolan abnormal, tidak nyeri tekan
Leher : Tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Payudara : Tidak teraba benjolan
abnormal, tidak nyeri tekan ka/ki
Abdomen : TFU 3 jari dibawah
pusat, kontraksi uterus baik dan kandung kemih kosong
c.
Auskultasi
Thoraks : Tidak terdengar Wheezing
dan ronchi
Abdomen :
Terdengar suara bising usus 16 x/menit
d.
Perkusi
Refleks patella : +/+
II.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Diagnosa
Dx : P10001 post partum hari ke-7 dengan
nifas fisiologis
Ds : Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya 7 hari
yang lalu
Do :
Keadaan umun : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N :
84 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36,70C
Bayi
lahir tanggal 19 Juni 2011 jam 10.00 Wib jenis kelamin perempuan, BB 2900 gram,
PB 46 cm, LK 33 cm, menangis kuat, tidak ada cacat bawaan.
TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, lochia
sangoelenta
Masalah : Nyeri luka pada jalan
lahir
Ds :
ibu mengatakan nyeri pada perlukaan jalan lahir
Do : wajah ibu menyeringai
Terdapat jahitan pada perineum
III. ANTISIPASI
MASALAH POTENSIAL
-
IV. IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN SEGERA
-
V.
INTERVENSI
Tanggal : 26 juni 2011 Jam
: 07.45 WIB
Dx : P10001 post partum hari ke7 dengan
nifas fisiologis
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama 1x30 menit diharapkan ibu dapat melalui masa
nifas dengan normal dan tanpa ada komplikasi.
Kriteria hasil : Keadaan
umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
normal : TD : 90/60 – 130/90 mmHg
N :
60 – 100 x/mnt
RR :
18 – 24 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 0C
Nyeri pada jahitan
perineum berkurang
Ibu mengerti dan memahami
penjelasan bidan
Ibu tampak senang dan
tidak khawatir
Masa nifas berjalan dengan
normal
Intervensi
1)
Lakukan pendekatan dengan ibu dan keluarga
R/ tercipta
hubungan baik antara bidan dengan klien
2)
Lakukan pemeriksaan TTV pada ibu
R/ sebagai
parameter kondisi ibu selama menjalani masa nifas
3)
Anjurkan pada ibu untuk tidak berpantang terhadap
makanan
R/ kebutuhan bufas lebih banyak terutama kebutuhan
cairan karena ibu menyusui dan harus makan makanan yang cukup mengandung air
4)
Jelaskan tanda-tanda bahaya selama masa nifas
R/mendeteksi secara dini penyulit – penyulit masa nifas
5)
Jelaskan tentang cara perawatan payudara
R/ memperlancar ASI dan mengurangi terjadinya lecet
putting susu
6)
Ajarkan cara perawatan pada bayi
R/ melatih kemandirian
dan kesiapan ibu memberikan kasih sayang pada bayinya
7)
Berikan KIE tentang istirahat, nutrisi, ASI eksklusif.
R/ ibu dapat mengetahui kebutuhan kebutuhan yang
diperlukan saat nifas
Masalah : Nyeri pada jalan lahir
Gangguan rasa nyaman (pola istirahat)
karena tradisi dari keluarga suami
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x30
menit ibu dapat beradaptasi dengan keadaan saat masa nifas
Kriteria hasil : Nyeri pada jahitan perineum berkurang
Ibu dapat istirahat dengan nyaman
Ibu dapat menjalani masa nifas dengan tenang
Intervensi
1)
Jelaskan dan bombing ibu untuk merawat luka jahitan
R/ dengan perawatan
yang benar akan mempercepat penyembuhan luka
2)
Bombing ibu untuk menjaga kebersihan dirinya terutama
genetalia
R/ menjaga
kebersihan akan terhindar dan mencegah terjadinya infeksi
3)
Berikan obat anti nyeri
R/ mengurangi rasa
nyeri pada jahitan perineum
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 19 Juni 2011 Jam
: 07.50 WIB
1)
Melakukan pendekatan terapeutik dengan ibu dan keluarga
dengan berbicara ramah, menyapa dan memperkenalkan
2)
Melakukan pengukuran TTV ibu
TTV : TD : 110/80mmHg
N : 84x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36,70C
3)
Menganjurkan pada ibu tidak berpantang terhadap makanan
dan memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung air seperti buah, minum air putih,
TKTP agar luka jahitan cepat kering dan sembuh
4)
Menjelaskan tentang cara merawat payudara ibu nifas
-
Licinkan kedua tangan dengan baby oil
-
Tempatkan kedua telapak tangan diantara payudara
-
Lakukan pengurutan dimulai kearah atas, lalu telapak
tangan kiri kearah sisi kiri dan yang kanan kearah kanan
-
Terus pengurutan kebawah / samping, selanjutnya
pengurutan melintang telapak tangan mengurut ke depan lalu kedua tangan dilepas
dari payudara.
-
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kanan dengan
tangan kanan 2/3 jari dari tangan yang berlawanan membuat gerakan memutar
sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada putting, setiap payudara
2x gerakan
-
Sokong payudara dengan satu tangan sedangkan tangan
lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi pada arah putting.
Lakukan gerakan 30x
5)
Mengajarkan cara merawat bayi seperti
-
perawatan tali pusat cukup dengan membersihkan dengan
sabun dan air mengalir ketika bayi mandi lalu di bungkus dengan kassa kering
atau tidak
-
memandikan bayi dengan air hangat, sabun, dan mengolesi
dengan minyak telon
-
memberikan bayi ASI minimal sampai unur 6 bulan
-
menjaga bayi agar tetap kondisi hangat
-
melihat tanda – tanda warna bayi berubah jadi kuning
(ikterus)
6)
Menjelaskan tanda bahaya pada masa nifas pada ibu dan
keluarga seperti
-Demam
-Perdarahan
terus menerus dan banyak bekuan darah
-Bau
busuk dari vagina
-Pusing
dan lemas luar biasa
-Sulit
menyusukan bayinya
-Nyeri
panggul / perut yang hebat
7)
Memberikan KIE tentang istirahat, nutrisi, dan
penjelasan tentang kebiasaan yang merugikansaat nifas
8)
Menjelaskan cara merawat jahitan perineum dengan
menjaga genetalia tetap bersih dan kering, segera ganti pembalut jika sudah
penuh, menutup luka jahitan dengan kassa betadin atau kering
9)
Membimbing ibu untuk mencebok setelah BAB / BAK dari
depan ke belakang dengan air bersih
10) Memberikan
asam mefenamat 3x1
VII. EVALUASI
Tanggal : 19 Juni 2011 Jam
: 08.00 WIB
Dx : P10001 post partum hari ke7 dengan
nifas fisiologis
S : Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan
yang diberikan oleh bidan dan akan melakukan anjuran yang diberikan
O : ibu menganggukkan kepala
Ibu menanyakan kembali pernytaan yang
belum di mengerti
Ibu dapat mengulang penjelasan yang
penting
A : P10001 post partum hari ke-7
dengan nifas fisiologis
P : - Anjurkan
ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif
- Anjurkan
ibu untuk tidak berpantang terhadap makanan
- Anjurkan
ibu merawat bayinya dengan baik dan benar
- Anjurkan
ibu untuk minum obat, melakukan perawatan payudara, menjaga kebersihan
genetalianya
BAB
IV
PEMBAHASAN
Setelah
melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas P10001 post partum hari
ke-7 didapatkan masa nifas yang normal tetapi ada sedikit kendala dari tradisi
yang dianut keluarga dari pihak suami selama masa nifas Ny. “I”. dikarenakan
Ny. “I” menuruti tradisi keluarga sehingga mengeluh lelah, kurang istirahat,
tengorokan merasa kering tetapi bekas jahitan pada perineum baik.
Pada
Ny. “I” setelah dilakukan analisa data maka
ada kesenjangan antara teori dan praktek. Pada teori dilakukan asuhan
kebidanan yaitu menganjurkan ibu untuk
makan makanan bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan dan
menganjurkan untuk istirahat yang cukup.
Di
BPS Ny. Guritna A.G, Prigen sudah melaksanakan prosedur tetap dalam penanganan
ibu masa nifas. Diharapkan Ny. “I” dapat melalui masa nifasnya dengan normal
tanpa adanya infeksi atau penyulit pada masa nifas.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Pada tinjauan kasus dapat ditarik kesimpulan bahwa
asuhan kebidanan dengan diagnosa Ny. “I” P10001 post partum hari ke-7
ditegakkan dengan hasil pengkajian bahwa TFU ibu masih berada 3 jari dibawah
pusat, keadaan tanda-tanda vital ibu normal. Jika kita sebagai bidan menemukan
kasus seperti Ny. “I” P10001 post partum hari ke-7, terdapat lochea SANGOELENTA,
tanda-tanda vital normal, keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis maka
kita dapat mendiagnosis Ny. “I” P10001 post partum hari ke- 7 dengan
nifas normal.
5.2
Saran
Asuhan pada ibu nifas dengan masa nifas yang normal
dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang benar dan jelas sehingga
diharapkan klien dapat melalui masa nifasnya secara normal tanpa ada komplikasi
seperti luka jahitan masih basah sehingga dapat timbul infeksi. Maka kita
sebagai bidan harus dapat berkomunikasi dengan klien sehingga tercipta dan
terbina hubungan saling percaya dan diharapkan klien dapat melalui masa
nifasnya dengan normal tanpa ada komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetri Jilid 1 Edisi 2. Jakarta : EGC
FKUI Unpad. 2005. Obstetri
Fisiologi. Bandung : Elemen
Prawirohardjo, Sarwono. 2006.
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Langganan:
Postingan (Atom)