BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di era globalisasi ini pendidikan semakin maju. Di
Indonesia sekolah kesehatannya pun sudah banyak. Sehingga lowongan pekerjaannya
pun semakin sempit. Meskipun tenaga
kesehatan di Indonesia semakin banyak namun masalah – masalah tentang kesehatan
masih banyak ditemui. Misalnya saja pada ibu inpartu. Ibu inpartu banyak yang
mengalami masalah. Misalnya saja dalam hal meneran. Di lihat dari pengertiannya
meneran sangatlah mudah. Namun pada kenyataannya masih banyak ibu inpartu yang
salah dalam hal meneran sehingga berakibat fatal pada bayinya dan kadang pula
terjadi persalinan lama. Sehingga dalam hal tersebut kadang kala tenaga
kesehatan (bidan) masih memberikan cara – cara tentang meneran. Selain itu ibu
inpartu mengambil posisi sesuai dengan keiinannya.
Karena hal itulah penyusun membuat masalah tentang
posisi meneran yang aman pada ibu inpartu. Sehingga nantinya nantinya akan
berdampak baik dan tidak ada hal – hal yang tidak diinginkan misalnya terjadi
distosia bahu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana posisi meneran yang aman pada
inpartu?
2.
Bagaimana posisi yang tidak dianjurkan
pada ibu inpartu?
3.
Bagaimana pendapat tokoh – tokoh tentang
posisi meneran?
1.3 TUJUAN
1.
Untuk mengetahui posisi meneran yang
aman pada ibu
2.
Untuk mengetahui posisi yang tidak
dianjurkan pada ibu inpartu
3.
Untuk mengetahui pendapat tokoh – tokoh
tentang posisi meneran.
1.4 MANFAAT
1.
Dapat mengetahui posisi meneran yang aman pada ibu
2.
Dapat
mengetahui posisi yang tidak dianjurkan pada ibu inpartu
3.
Dapat mengetahui pendapat tokoh – tokoh tentang
posisi meneran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
POSISI MENERAN YANG AMAN PADA INPARTU
Seorang bidan hendaknya membiarkan
ibu bersalin dan melahirkan memilih sendiri posisi persalinan yang
diinginkannya dan bukan berdasarkan keinginan bidannya sendiri. Dengan
kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu akan lebih merasa aman.
Berdasarkan penelitian
pilihan posisi berdasarkan keinginan ibu
- Memberikan banyak manfaat
- Sedikit rasa sait dan ketidaknyamanan
- Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek
- Laserasi perineum lebih sedikit
- Lebih membantu meneran
- Nilai apgar lebih baik
Posisi meneran
- Posisi terlentang (supine) dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin. Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
- Posisi berjongkok, berlutut merangkak akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa mengurangi rasa sakit punggung bagi ibu
- Posisi jongkok/setengah duduk akan membantu dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi bumi untuk menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun kedasar panggul. Posisi berjongkok akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan Carrus, yang akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga panggul dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis. Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin
- Posisi merangkak dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul
- Posisi berdiri dapat lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dan kandung kemih yang kosong akan memudahkan penurunan kepala. Selain itu memperbesar ukuran panggul, menambah 28 % ruang outletnya.
- Posisi miring ke kiri oksigenasi janin maksimal karena dengan miring ke kiri sirkulasi darah ibu ke janin lebih lancer dan memberikan rasa santai bagi ibu yang letih serta mencegah terjadinya laserasi
2.2
POSISI YANG TIDAK DIANJURKAN PADA IBU MELAHIRKAN
Alasan posisi
terlentang atau litotomi tidak dianjurkan
1.
Pada posisi terlentang pembuluh aorta
dan vena cava inferior akan tertekan oleh beban berat janin, uterus, air ketuban dan plasenta. Penekan pembuluh darah besar
ini akan mengganggu aliran darah ke janin sehingga janin akan kekurangan suplai
oksigen yang berakibat terjadinya asfiksia intra uterus.
2.
Selain itu pasien juga akan merasakan nyeri karena
tekanan ini yang dapat menambah lama Kala II. Laserasi perineum pada posisi ini
lebih banyak dijumpai dibandingkan posisi lain karena pada posisi ini daya
regang panggul tidak dapat maksimal.
3.
Posisi litotomi untuk meneran juga tidak
dianjurkan karena akan menyebabkan nyeri
pada punggung dan kerusakan saraf kaki
yang dirasakan setelah proses persalinan selesai.
4.
Pada posisi ini pasien akan lebih sulit
untuk melakukan pernafasan.
5.
Posisi litotomi dan terlentang akan
membuat peoses buang air lebih sulit.
6.
Pasien merasa terbatas dalam melakukan
pergerakan.
7.
Pasien merasa tidak berdaya ketika dalam
posisi terlentang apalagi litotomi ,
karena posisinya benar – benar seperti menjadi “objek tindakan “.
8.
Proses meneran menjadi lebih sulit
karena tekanan pada saraf panggul minimal.
9.
Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada abdomen.
2.3
PENDAPAT TOKOH – TOKOH TENTANG POSISI MENERAN
a. posisi meneran
1) Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi ini nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi.
1) Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi ini nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi.
2)
Jongkok atau berdiri
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.
3) Merangkak atau berbaring miring
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini lebih nyaman dan efektif bagi ibu untuk meneran. Kedua posisi tersebut mungkin baik jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput anterior. Merangkak merupakan posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu karena jika ibu kelelahan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perineum.
Sedangkan menurut Manuaba (2001), posisi ibu saat meneran adalah sebagai berikut :
1) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya, setiap posisi memilki keuntungannya masing-masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunnya janin jika persalinan berjalan lambat.
2) Ibu dibimbing meneran selama his, anjurkan ibu untuk mengambil nafas, meneran tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilikalis yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah, minta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan keluar. Hal ini juga menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
b. Cara meneran
1) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi.
2) Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
3) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
6) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.
Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada fundus.
Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul.
2) Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
3) His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal.
4) Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan denagn demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.
5) Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali utnuk dipergunakan mengejan.
Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu :
1) Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya.
2) Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berda diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.
Sedangkan pada teori yang lain Sarwono (2002), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mengejan, yaitu :
1) Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan lengkap.
2) Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi miring.
3) Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.
Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam menghadapi proses persalinan. Pengetahuan ibu tentang meneran memegang peranan yang sangat penting agar ibu yang mengalami persalinan dapat meneran dengan benar atau dengan kata lain apabila seseorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik diharapkan dapat meneran dengan baik sehingga mempercepat proses persalinan.
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.
3) Merangkak atau berbaring miring
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini lebih nyaman dan efektif bagi ibu untuk meneran. Kedua posisi tersebut mungkin baik jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput anterior. Merangkak merupakan posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu karena jika ibu kelelahan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perineum.
Sedangkan menurut Manuaba (2001), posisi ibu saat meneran adalah sebagai berikut :
1) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya, setiap posisi memilki keuntungannya masing-masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunnya janin jika persalinan berjalan lambat.
2) Ibu dibimbing meneran selama his, anjurkan ibu untuk mengambil nafas, meneran tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilikalis yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah, minta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan keluar. Hal ini juga menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
b. Cara meneran
1) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi.
2) Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
3) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
6) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.
Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada fundus.
Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul.
2) Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
3) His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal.
4) Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan denagn demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.
5) Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali utnuk dipergunakan mengejan.
Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu :
1) Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya.
2) Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berda diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.
Sedangkan pada teori yang lain Sarwono (2002), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mengejan, yaitu :
1) Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan lengkap.
2) Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi miring.
3) Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.
Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam menghadapi proses persalinan. Pengetahuan ibu tentang meneran memegang peranan yang sangat penting agar ibu yang mengalami persalinan dapat meneran dengan benar atau dengan kata lain apabila seseorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik diharapkan dapat meneran dengan baik sehingga mempercepat proses persalinan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Dari
kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa posisi meneran sangatlah penting
bagi ibu inpartu agar nantinya tidak terjadi komplikasi. Dimana posisi meneran
ada beberapa yaitu:
·
Posisi terlentang
·
Posisi berjongkok, berlutut merangkak
·
Posisi jongkok/setengah duduk
·
Posisi merangkak
·
Posisi berdiri
·
Posisi miring ke kiri
3.2 SARAN
1. Bagi masyarakat
-
Supaya lebih mengetahui posisi yang aman
dalam persalinan
-
Agar melakukan posisi yang aman pada
persalinan
2. Bagi
instusi
-
Memberikan pendidikan tentang posisi
yang aman pada inpartu
-
Lebih memperhatikan masyarakta dalam hal
persalinan
3. Bagi
mahasiswa
-
Untuk lebih memperdalam ilmunya tentang
persalinan
-
Untuk lebih focus lagi dalam hal
menolong persalian
DAFTAR PUSTAKA
JNPK – KR.2008. asuhan persalinan normal dan inisiasi
menyusui dini. Jakarta: PJMK – KR.
Sulistiawati, ari.
2010. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta:Salemba Medika.
www. Goggle.com.(posisi
meneran pada inpartu) diakses tanggal 19 oktober 2010